Thursday, August 23, 2012

Otak Kanan Marketing Otak Kiri Accounting

Haiii guys, sebelumnya gue ucapin met Idul Fitri buat teman - teman yang merayakan dan selamat liburan buat yang tidak merayakan. Sepertinya mulai hari ini beberapa orang udah mulai beraktivitas di kantor, gue termasuk yang beruntung karena masuk kerja lagi baru hari Senin depan tanggal 27 Agustus 2012 #bikinsirik #mintaditoyormassa

Berhubung masih suasana liburan, biasanya klo gue suka bangun agak siangan trus aktivitas pertama yang dilakukan adalah ke dapur buat cari makanan sekalian baca koran. Bapak - bapak banget yah kesannya suka baca koran, sebenernya bukan hanya koran tapi gue emang termasuk orang yang suka baca baik dari berita, buku kepemimpinan sampai komik.

Membaca itu bermanfaat untuk menambah wawasan kita dan gue sendiri banyak merasakan manfaat dari membaca yaitu kita jadi tau dan lebih peka terhadap kejadian - kejadian yang terjadi di sekitar kita. Ini adalah salah satu rahasia kenapa gue bisa mudah bergaul dan akrab dengan siapa aja tanpa terkecuali, dikarenakan banyak baca dan banyak tau sehingga siapa pun lawan bicara, kita bisa menyesuaikan dan mengikuti topik pembicaraan.

Tadi pagi gue baca koran langganan yaitu Indo Pos *sekalian promosi, pada koran tersebut di rubrik Jawa Pos pojok kiri biasanya ada kolom tentang Marketing Series oleh Hermawan Kartajaya. Kolomnya bercerita seputar strategi Marketing dan beberapa kiat sukses dari pebisnis terkenal. Untuk hari ini bercerita tentang Tony Fernandes, CEO dari Air Asia yang terkenal dengan slogan "Everyone Can Fly".

Sebagai awal cerita, Hermawan Kartajaya pertama kenal Tony ketika Air Asia masih berkantor di basement Kuala Lumpur Internasional Airport, dia bangga sekali menunjukkan kantor pusat sebuah Airlines terkecil di dunia. Dia juga menunjukkan bahwa pilot dan air crew yang biasanya merupakan tim elite, di Air Asia malah bercampur dengan staf administrasi di ruang yang sama.

Tony Fernandes juga dengan bangga menunjukkan ruang kerjanya sebagai CEO yang sangat kecil tetapi telah dilengkapi sound system di dalamnya, maklum dulu dia bekerja bareng Richard Branson di bidang musik. Bersama Tony kini Everyone Can Fly! Ini karena terbang tidak mahal lagi, dia memperkenalkan sistem pemesanan tiket lewat internet dengan harga yang berubah - ubah bergantung pada tingkat loading suatu penerbangan.

Kalau mau terbang sangat murah, ya harus jauh - jauh hari pesannya, tiket hangus ketika ngga jadi terbang, harus bayar cash lewat pembayaran online dan harus tambah biaya klo mau mengubah jadwal. Kesan awal, cara Tony itu terasa aneh dan tidak masuk akal karena sangat berbeda dengan kebiasaan yang ada. Orang biasanya membeli tiket pesawat lewat agen perjalanan dan bisa flexibel soal jadwal asal tempat masih ada. Harganya tetap, tapi juga ngga bisa murah.

Sekarang orang melihat justru cara yang biasanya itu jadi "mahal" dan cara - cara yang diperkenalkan oleh Tony justru jadi biasa dan lebih fair. Lantas, akhirnya banyak maskapai ikut latah bikin penerbangan harga murah, karena sekadar mau ikut ambil pasar kalangan bawah.

Ketika terlanjur masuk ke pasar itu, baru kemudian bisnis mereka terseok - seok. Kenapa? Ya, karena mereka tidak tahu bagaimana caranya mengendalikan cost karena prinsipnya Low Price Must Have Low Cost! Intinya jangan main harga kalau tidak bisa mengendalikan cost, karena itu harus selalu ada inovasi untuk menurunkan cost dengan tanpa mengurangi kualitas yang dijanjikan secara fair. Makanya Air Asia tidak pernah memberikan banyak janji, termasuk on time guarantee walaupun hal itu selalu mereka usahakan.

Strategi Air Asia menekan cost antara lain makanan bahkan koran pun dijual karena merupakan additional income bagi perusahaan dan fair untuk customer yang tidak memerlukan fasilitas tersebut tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan. Selain itu pilot diberikan insetif apabila bisa mendaratkan pesawat dengan mulus. Penumpang senang, perusahaan pun ngirit karena ban pesawat bisa tahan lebih lama. Air Crew juga membantu membersihkan pesawat ketika mendarat, turn around pesawat pun diusahakan paling lama 30 menit supaya pesawat yang sama bisa cari duit lebih banyak karena bisa take off / landing lebih banyak dalam waktu 24 jam.

Tony adalah leader yang bisa menciptakan low cost culture di perusahaannya, semua orang yang ikut terlibat juga bangga ketika dapat ikut berpartisipasi untuk berhemat. Rahasianya? Tony adalah seorang chartered accountant sebelum jadi Marketer. Dia mengkombinasikan dua konsep manajemen yang berseberangan itu. Terkadang kelemahan seorang Marketer adalah hanya ingin gagah - gagahan mencapai Market Share tanpa berpikir Bottom Line. Padahal, Business is creating value via profit karena tanpa profit pasti mampus!

Karena itu Marketer terbaik adalah ketika otak kanannya Marketing , otak kirinya Accounting. Dengan demikian, setiap keputusan yang diambil sudah mempertimbangkan aspek keuangan.

Sumber: Indo Pos

No comments:

Post a Comment